Sabtu, 18 April 2009

Greg Hambali Award 2009 Menuju Tangga Juara



MOONLIGHT BERDAUN 11 LEMBAR ITU DIBONGKAR. MEDIA DIBERSIHKAN LALU DISEMPROT AIR. BEGITU AKAR TERLIHAT PUTIH DAN SEHAT, SINAR REMBULAN DITANAM KEMBALI. BEDANYA MEDIA DIGANTI DENGAN MEDIA KHUSUS: CAMPURAN PAKIS, ANDAM, COCOPEAT, DAN SEKAM MENTAH YANG SUDAH DIFERMENTASI SEBULAN. MEDIA 'MATANG' ITU LALU DITAMBAH SEDIKIT PASIR MALANG DAN SEKAM BAKAR. DUA BULAN BERSELANG USAHA ROBERT SURYAKUSUMA, PEMILIK MOONLIGHT, ITU TAK SIA-SIA. SRI REJEKI ITU BERHASIL MERENGKUH PIALA EMAS GREG HAMBALI AWARD 2009.

Setiap pagi moonlight itu disiram. Pupuk daun seimbang disemprot sekali sepekan. Tiga lembar daun pun muncul dalam waktu 2 bulan. Tepat pada 1 Maret 2009, moonlight itu mencetak sejarah di jagad aglaonema Indonesia. Ia menang voting terbuka dengan meraih 25 suara pemilih-peserta dan pengunjung. Total suara yang masuk 109 suara. 'Ini seperti pemilihan Indonesian Idol di televisi. Saya betul-betul tak menyangka,' kata Robert.

Menurut Gatot Purwoko, ketua harian Aglaonema Indonesia, moonlight peraih emas Greg Hambali Award itu menjadi moonlight terbaik di Nusantara. 'Sosok keseluruhan betul-betul mendekati ideal, kompak. Sosok daun juga optimal: bulat dan cekung seperti mangkuk. Coraknya juga tegas,' kata mantan pilot maskapai penerbangan ternama di Indonesia itu.

Ia juga istimewa karena bentuk daun optimal dari daun tertua hingga termuda. Lazimnya 3-4 daun pertama moonlight rusak. 'Saat daun membuka, terhalang batang induk,' kata Henry Biantoro, hobiis aglaonema di Jakarta Selatan. Daun terbawah yang drop juga sulit pulih. Robert menyiasati hal itu dengan membuang daun tertua. Moonlight pun prima dari daun pertama hingga pucuk.

Modal Rp240-juta

Kisah hampir sama terjadi pada harlequin, peraih perak Greg Hambali Award 2009. Pada awal tahun Edward Ekayono, pemilik harlequin, memborong 3 paket harlequin-berisi 7 pot-senilai Rp240-juta dari seorang kolektor. 'Sebetulnya saya mengincar sepot terbaik berdaun 14, tapi karena mesti beli paket maka saya ambil semua,' kata Edward. Di kediamannya di bilangan Cengkareng, Jakarta Barat, harlequin idamannya dibongkar.

Media lalu diganti dengan sekam mentah, sekam bakar, humus andam, cocopeat, dan pasir malang. Perlakuan Edward terhadap media pun sama dengan Robert. 'Semua media difermentasi dengan mikroorganisme sebelum dipakai, kecuali pasir malang,' kata importir minuman kaleng dari Malaysia itu. Dua bulan berselang 2 daun berwarna jingga berlapis perak muncul. Warna jingga dan perak pada daun lama pun kian terang.

Menurut Gatot harlequin koleksi Edward itu pantas menjadi runner up. 'Warna jingga dan perak betul-betul muncul,' katanya. Dalam pengamatannya, hampir semua harlequin yang beredar, warna jingga memudar menjadi merah muda. Itu berbeda dengan di tempat penyilangnya di Bogor. Bahkan menurut Songgo Tjahaja, hobiis di Cengkareng, Jakarta Barat, beberapa harlequin cenderung dominan hijau ketimbang merah muda, jingga, atau perak. Artinya, saat ini anakan harlequin itu menjadi yang terbaik di tanahair.

Media fermentasi

Media yang difermentasi memang kunci moonlight dan harlequin berhasil menuju puncak. Selama ini teknik fermentasi hanya lazim digunakan untuk mempercepat pembuatan kompos dari pupuk kandang atau pupuk hijau. Bahan organik yang biasanya melapuk setelah 3-6 bulan dipangkas waktunya dengan fermentasi menjadi seminggu sampai sebulan. 'Artinya, pemain aglaonema telah melakukan revolusi besar-besaran dalam memelihara tanaman hias,' kata Ir Agus Hermawan MT, ahli kesuburan tanah dari Universitas Sriwijaya, Palembang.

Menurut Agus media yang difermentasi jauh lebih unggul ketimbang yang nonfermentasi. Semua senyawa organik di media-pakis, sekam mentah, cocopeat, dan humus-diurai dari bentuk komplek (seperti lignin, protein, dan karbohidrat, red) menjadi bentuk sederhana yang gampang diserap tanaman. 'Media tak hanya berperan sebagai penopang tumbuh aglaonema, tapi juga memasok unsur hara dan senyawa yang diperlukan tanaman,' kata Agus. Ragam hara dari media organik pun lengkap, dari hara makro hingga mikro.

Itulah sebabnya, menurut Agus warna aglaonema dengan media fermentasi jauh lebih tegas ketimbang nonfermentasi. 'Unsur-unsur mikro seperti besi, boron, tembaga, seng, dan mangan bisa saja terkandung dalam jumlah kecil. Bila unsur itu tercukupi di tanaman, warna menjadi lebih tegas,' kata Agus. Senyawa organik lain-di luar unsur hara esensial-pun ditemukan lebih banyak di sekam mentah yang difermentasi. Sebut saja tiamina (vitamin B1) pada kulit ari-ari beras masih banyak tertinggal dalam sekam. Tiamina disebut-sebut membuat tanaman segar.

Sepuluh besar

Tak percaya dengan keampuhan media fermentasi? Bukti lain disodorkan Anugerah Firmanto, di Serpong, Tangerang. Berkat fermentasi, 2 aglaonema koleksi Anugerah meraih posisi 10 besar di ajang bergengsi itu: mutiara dan widya. Yang disebut pertama meraih medali perunggu dengan perolehan 18 suara. Sedangkan widya di 10 besar. Bedanya ia hanya memfermentasi sekam mentah. Andam dan pakis halus tak difermentasi secara langsung. Sebagai gantinya, ia menyiramkan pupuk organik cair-yang mengandung mikroorganisme pengurai-seminggu sekali.

Menurut Songgo komposisi media yang dipakai hobiis itu juga unggul karena tanaman menjadi tahan banting. 'Biar disiram sehari 4-5 kali, akar tidak gampang busuk,' katanya. Memang, mereka sedikit mengakali pot, agar air tidak tergenang. Robert melubangi pot dengan luasan hingga 30% dari luasan dasar pot. Ia juga melubangi pinggiran pot. Edward lebih banyak lagi, jumlah lubang hampir memenuhi seluruh dasar pot hingga menyerupai saringan.

Menurut Agus air pemicu pembusukan akar ialah air tergenang yang miskin oksigen sehingga suasana anaerob. 'Akar rusak karena tidak bisa bernapas,' katanya. Akar itu menjadi rentan penyakit bila media banyak patogen. Pada media yang difermentasi jumlah patogen biasanya tertekan oleh mikroorganisme pengurai yang menguntungkan. Lubang pot yang banyak pun menjadi saluran drainase air yang memadai. Artinya, meski media disiram air berkali-kali, tapi air pada daerah perakaran ialah air baru yang kaya oksigen sehingga akar tetap bisa bernapas. Berkat media yang baik mereka pun melaju ke tangga juara aglaonema. (Destika Cahyana)

Sumber : trubus-online.co.id



New Email names for you!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!