Rabu, 04 Maret 2009
Sri Mulyani: BBM Turun, Pemerintah Surplus Rp 1,1 Triliun
Sri Mulyani: BBM Turun, Pemerintah Surplus Rp 1,1 Triliun
Jakarta, Kominfo Newsroom -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah sama sekali tidak mengambil keuntungan pasca turunnya harga bahan baker minyak (BBM) bersubsidi.
''M emang ada surplus penerimaan BBM per Januari 2009 sebesar Rp1,1 triliun, tapi itu semua dibukukan ke kas negara sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP),'' kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantor Pusat Ditjen Pajak Jakarta, Minggu (15/2).
Surplus penerimaan BBM sebesar Rp1,1 triliun tersebut, didapatkan dari selisih harga patokan dengan eceran dan perolehan surplus didapatkan dari selisih harga dan akan diaudit oleh Badan Pemerilsa Keuangan (BPK), sehingga nanti ada opini tersendiri dari BPK.
Menurutnya , pemerintah juga tidak akan menurunkan kembali harga BBM pada bulan ini yang sebelumnya sempat turun pada tanggal 15 Januari lalu. ''Setelah berbagai kajian, pemerintah akhirnya menetapkan untuk tidak menurunkan harga BBM,'' katanya.
Selain itu, pemerintah juga memutuskan bahwa harga saat ini yang ditetapkan untuk premium dan solar masih sesuai dengan tujuan untuk menjaga kepastian dan stabilitas perekonomian nasional. ''Namun, tetap menjaga asas-asas transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran dan harga BBM tahun 2009,'' tegas Sri Mulyani Indrawati.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo mengatakan untuk menghitung besaran subsidi pihaknya mengusulkan untuk meningkatkan besaran angka Alpha untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi Rp 704,00.
Usulan Alpha tersebut akan berbeda untuk setiap wilayah distribusi Niaga. ''Mengingat Alpha adalah fungsi dari biaya distribusi maka diusulkan mempunyai besaran yang berbeda untuk setiap wilayah distribusi niaganya,'' kata Ibu Dirjen Migas.
Menurut Evita H. Legowo, sebagian besar komponen Alpha merupakan angka nominal yang tetap. Karena itu, usulan Alpha adalah suatu besaran angka nominal.
Mengen ai besaran Alpha itu, ia menjelaskan bahwa jika harga harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) berada di level 40-50 dolar AS per barel, maka besaran Alpha diusulkan sebesar Rp693,50.
''Jik a harga ICP mengalami kenaikan hingga di level 50-60 dolar AS per barel, maka besaran Alpha diusulkan sebesar Rp 704,00,'' kata Evita H. Legowo. (T.Ia/toeb)
Jakarta, Kominfo Newsroom -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah sama sekali tidak mengambil keuntungan pasca turunnya harga bahan baker minyak (BBM) bersubsidi.
''M emang ada surplus penerimaan BBM per Januari 2009 sebesar Rp1,1 triliun, tapi itu semua dibukukan ke kas negara sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP),'' kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantor Pusat Ditjen Pajak Jakarta, Minggu (15/2).
Surplus penerimaan BBM sebesar Rp1,1 triliun tersebut, didapatkan dari selisih harga patokan dengan eceran dan perolehan surplus didapatkan dari selisih harga dan akan diaudit oleh Badan Pemerilsa Keuangan (BPK), sehingga nanti ada opini tersendiri dari BPK.
Menurutnya , pemerintah juga tidak akan menurunkan kembali harga BBM pada bulan ini yang sebelumnya sempat turun pada tanggal 15 Januari lalu. ''Setelah berbagai kajian, pemerintah akhirnya menetapkan untuk tidak menurunkan harga BBM,'' katanya.
Selain itu, pemerintah juga memutuskan bahwa harga saat ini yang ditetapkan untuk premium dan solar masih sesuai dengan tujuan untuk menjaga kepastian dan stabilitas perekonomian nasional. ''Namun, tetap menjaga asas-asas transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran dan harga BBM tahun 2009,'' tegas Sri Mulyani Indrawati.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo mengatakan untuk menghitung besaran subsidi pihaknya mengusulkan untuk meningkatkan besaran angka Alpha untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi Rp 704,00.
Usulan Alpha tersebut akan berbeda untuk setiap wilayah distribusi Niaga. ''Mengingat Alpha adalah fungsi dari biaya distribusi maka diusulkan mempunyai besaran yang berbeda untuk setiap wilayah distribusi niaganya,'' kata Ibu Dirjen Migas.
Menurut Evita H. Legowo, sebagian besar komponen Alpha merupakan angka nominal yang tetap. Karena itu, usulan Alpha adalah suatu besaran angka nominal.
Mengen ai besaran Alpha itu, ia menjelaskan bahwa jika harga harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) berada di level 40-50 dolar AS per barel, maka besaran Alpha diusulkan sebesar Rp693,50.
''Jik a harga ICP mengalami kenaikan hingga di level 50-60 dolar AS per barel, maka besaran Alpha diusulkan sebesar Rp 704,00,'' kata Evita H. Legowo. (T.Ia/toeb)